Adayang punya buku i want to eat topokki atau rich dad poor dad yg dah ngga kepake? 04 Aug 2022

Sejak awal tahun 1997, Rich Dad Poor Dad oleh Robert T. Kiyosaki, Robert Paus telah menjadi acuan dalam buku keuangan pribadi laris yang telah menjual hampir 40 juta kopi di seluruh dunia. Saya membaca untuk pertama kalinya pada tahun 2000 ketika ia masih seorang pengusaha pemula. Saya pikir saya akan membacanya lagi sekarang karena saya memiliki lebih banyak pengalaman di bawah ikat pinggang saya. Saya juga ingin melihat apakah ia telah selamat berlalunya waktu, dan jika saya ingin seperti yang saya lakukan ketika saya membaca Rich Dad Poor Dad. Banyak istilah keuangan selama 20 tahun terakhir, dan saya bertanya-tanya apakah beberapa prediksi datang Kyosaki benar. Ketika saya membaca buku itu, saya benar-benar seperti cara Kiyosaki melihat dunia dari sudut yang berbeda. Ini membuat saya berpikir secara berbeda tentang bisnis dan investasi saya dari sebelumnya. Kiyosaki tampaknya menjadi sosok polarisasi Anda mencintai atau membenci pekerjaan Anda. Kerja dolar sederhana komentar Kiyosaki, misalnya, menambahkan banyak prasangka pribadi, dan saya pikir itu tidak adil. Saya mencoba untuk mengambil pandangan yang netral dan mendiskusikan buku berdasarkan pengalaman saya di dunia bisnis. Rich Dad Poor Dad harus dipertimbangkan sebagai umum titik awal – ringkasan investasi / masuk, daripada daftar item spesifik yang akan dilakukan sebagai pengusaha. Robert Kiyosaki berfokus pada enam poin utama dalam buku ini. Titik-titik ini – perbedaan antara ayah “miskin” ayah kandungnya dan ayah dari “kaya” yang membantunya memahami bisnis dan menjadi kaya – adalah 1. Orang Kaya Tidak Bekerja Untuk Uang 2. Pentingnya Pendidikan Keuangan 3. Mengurus Bisnis Anda Sendiri 4. Pajak Dan Korporasi 5. Orang Kaya Menemukan Uang 6. Kebutuhan Untuk Berkerja Untuk Belajar Dan Bukan Berkerja Demi Uang Poin Bagus Dalam Buku Sistem Pendidikan Yang Cacat Seperti Robert disebutkan beberapa kali dalam buku ini, kita telah menonaktifkan sistem pendidikan tradisional. sistem pendidikan kita terutama dirancang untuk menciptakan dan karyawan dapat memiliki efek negatif bagi pengusaha. Seperti disebutkan Kiyosaki, yang tidak merekomendasikan bahwa orang pergi melalui pendidikan yang lebih tinggi; Dia menyarankan bahwa pendidikan tinggi akan membantu untuk “rasa”. pendidikan keuangan adalah sesuatu yang jarang dibahas di sekolah-sekolah, dan jika dibahas, hanya pada tingkat dasar. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, saya membuat titik pusat dan staf akan memastikan bahwa anak-anak saya dididik di daerah ini. Biaya pendidikan terus tumbuh lebih cepat daripada inflasi. Sebagian besar sistem pendidikan kita rusak. Robert merespon pernyataan tentang masalah ini. Menjadi Pengusaha Tidak Beresiko Kepercayaan populer adalah bahwa memiliki bisnis adalah berisiko daripada bekerja untuk orang lain. Saya rasa saya memiliki sebuah perusahaan memberikan Anda semua keterampilan kemerdekaan yang tidak akan Anda dapatkan ketika Anda bekerja untuk orang lain. Jika ada, dengan mentalitas “cradle mati” Hari ini, kami menciptakan orang-orang yang paling tergantung. Memiliki bisnis telah memberi saya otonomi yang lebih besar dan banyak keterampilan berharga yang saya masih menggunakan jika saya bekerja untuk orang lain. Setiap minggu, sekarang aku melakukan apa yang saya menilai atau membuat bisnis yang berisiko terbayangkan sebelumnya. Tempat Tinggal Utama Anda Bukan Aset Selama bertahun-tahun, secara umum diterima bahwa tempat tinggal utamanya adalah aset. Robert mengatakan saya pikir bahwa rumah Anda bukanlah aset yang tidak menghasilkan arus kas positif. Runtuhnya gelembung perumahan dan ini terbukti benar. Sementara harga sewa dan nilai yang lebih rendah, jika Anda berfokus pada arus kas positif, membuat lebih banyak uang setiap bulan. Robert datang untuk mengatakan dalam bukunya bahwa nilai rumah tidak selalu. Hampir semua produk konsumen adalah suatu keharusan – sesuatu yang bahkan tidak. Kiyosaki mengatakan Anda harus membeli investasi yang menghasilkan arus kas untuk membantu membayar untuk Anda “hal-hal kecil”. Saya rasa ini adalah cara yang bagus untuk melihat bagaimana pembelian mainan Anda. Apa itu Aset Dan Kewajiban ? “Aset adalah sesuatu yang menempatkan uang di saku Anda. Tanggung jawab adalah sesuatu yang mengeluarkan uang dari saku Anda. “ Banyak kritikus Kiyosaki menunjukkan bahwa pernyataan ini tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Memang benar, dan Robert mengaku. Bahkan, banyak orang kehilangan adalah bahwa Anda harus fokus pada arus kas untuk menjadi kaya. Keluhan Tentang Buku Ada banyak laporan bahwa Robert tidak ada “Rich Dad” dan menciptakan. Ini mungkin benar, tetapi ada banyak buku keuangan pribadi yang karya fiksi. Barbier buku kaya yang datang ke pikiran. Masalah dengan beberapa orang adalah bahwa Robert digunakan untuk memesan non-fiksi tidak, dan setuju dengan keluhan. Saya menemukan semenarik yang menempatkan situs Robert John Reed, tetapi sekaligus juga pekerjaan menjual tebu itu sendiri. Robert tidak meminimalkan peran risiko dalam investasi. Hal ini cukup akurat, tapi itu menunjukkan bahwa Anda perlu memahami investasi Anda sebelum memasuki. Robert mengatakan bahwa investasi itu riskan jika Anda tidak mengerti apa yang Anda berinvestasi. Selain itu Robert juga merekomendasikan apabila anda ingin menndapatkan penghasilan tambahan online anda dapat bergabung dengan situs judi online terpercaya di Indonesia melalui link berikut Ringkasan Meskipun saya masih merekomendasikan buku ini, terutama bagi pengusaha, buku ini memiliki beberapa kekurangan. Saya pikir sebagian besar isu yang dibahas sekarang ujian waktu. Tetapi mengambil sebagian dari apa yang dikatakan Robert Kiyosaki dengan sebutir garam. Baca, jika bukan karena motivasi, hanya untuk membuat Anda berpikir berbeda dari karyawan dibayar. Saya tidak suka atau benci itu, jadi mengapa saya memberikan buku ini tiga dari lima. Jika Anda memilih untuk membaca buku dari Robert, saya sarankan Anda membaca hanya Rich Dad Poor Dad dan Ayah kaya arus kas kuadran. Kebanyakan buku-buku lain hanya mengulangi kedua buku ini. Saya tidak menyarankan menghadiri seminar lokal. Aku akan terus buku dalam daftar buku terbaik tentang keuangan pribadi alasan utama saya untuk berpikir di luar kotak. Baca juga Ulasan buku Where the Crawdads Sing oleh Delia Owens

RichDad Poor Dad karya Robert T Kiyosaki ini memang fenomenal, meskipun sudah tidak lagi menempati rak "buku laris" di Gramedia, tapi buku ini cukup membuat gonjang-ganjing beberapa waktu yang lalu. Sejak awal, ketika MLM sedang booming, saya sama sekali tidak tertarik. Saya adalah fans kerja keras, dimana orang harus bekerja keras untuk
FinMasters content is free. When you purchase through referral links on our site, we earn a commission. Advertiser Disclosure Rich Dad, Poor Dad is one of the most famous books in all of personal finance. Though it came out in 1997, it’s still a 1 Best Seller on Amazon in 2023. Many of today’s most popular finance gurus cite it as the inspiration for their success. I wanted to see what all the hype was about, so I grabbed a copy of the book, tore through it it’s a pretty quick read, and compiled my thoughts for you here. This Rich Dad, Poor Dad review will take a look at Robert Kiyosaki’s real lessons in this book not just the ones he uses as names for his chapters and help you decide whether it’s worth reading. A Rich Dad, Poor Dad Summary Right from the jump, Rich Dad, Poor Dad surprised me with its style and narrative framework. I expected more technical insight and investment math, but the book primarily consists of anecdotes that hold nuggets of supposed wisdom for the reader to absorb as if through osmosis. Kiyosaki’s stories revolve around and contrast the lessons he received from his biological father the educated but financially unsavvy poor dad and his friend’s salesman father the uneducated but clever, rich dad. The book winds through Kiyosaki’s life and the reader witnesses him learning from his rich dad and rejecting the advice of his poor dad which represents rising above the typical working-class mindset. The book explains basic wealth generation in an understandable and inspirational way, and it’s a solid enough introduction to these concepts at least for its time. However, it has issues that make its current relative value questionable. ❗️ Important Note Do not take this book’s recommendations or any of my opinions on them as investment or tax advice. I’ll start this Rich Dad, Poor Dad review with what I think Kiyosaki does well. Mainly, he makes some solid fundamental financial suggestions in an easily digestible manner. The ideas might seem a bit shallow and apparent to anyone already engaged in entrepreneurship or investing, but they can be profound if it’s your first exposure to them. Let’s take a look. 1. Learn Personal Finance And Teach It to Your Kids While this is a pretty obvious suggestion, it’s still a significant one. The book does a great job of showing the reader how meaningful it is to learn how to manage your money. That means saving a high percentage of your earnings and putting the money to work in profitable investments. Kiyosaki says “It’s not how much money you make. It’s how much money you keep.” You have to keep your spending down as your income goes up and invest the difference in assets, not liabilities. While his definitions of assets and liabilities might not follow Generally Accepted Accounting Principles, it’s practical assets put money in your pocket, and liabilities take money out of it. He supports learning to cut your taxes, studying accounting, and mastering saving, then teaching all these skills to your children. I love all of these ideas, and I’m glad his presentation of them resonates with so many. 2. Find Ways to Escape the Rat Race Make Your Money Work For You Not only does Kiyosaki cover the fundamental best practices for personal finance, but he also does a great job of painting an inspiring picture of their end goal financial independence, retirement, security, being rich, or whatever you want to call it. I’ve always believed that people truly begin to understand the significance of their personal finance decisions when they realize that they constitute a journey that can culminate in holding enough wealth that work becomes optional. Kiyosaki makes escaping the rat race using investments or a self-sustaining business sound glamorous and inspirational. I’m grateful for anything that gets people to plan for a better future. 3. Master Your Emotions Regarding Money This one isn’t a personal finance message that you’d typically see today, but I like it a lot. Money is a hugely emotional issue for many people, and we could all probably benefit from understanding why it makes us feel however it does. People often let their emotions sabotage their finances or let their finances upset their emotional state. They might have a fear of investing, insecurity over their job, or a need for the latest and greatest gadgets. He urges readers to face their fears, cynicism, laziness, bad habits, and arrogance when it comes to money. That seems like an arbitrary list of emotional issues, but I like the sentiment. 4. Develop a Broad and Valuable Skillset In a capitalistic society, having a practical and marketable skillset is the key to making money. If you can provide tangible value that people are willing to pay for, you’ll always be able to support yourself. Kiyosaki recommends learning to manage money, lead teams, build systems, and close sales. More than that, he suggests that people cultivate a habit of continuing to learn throughout their careers so that they never stagnate. He argues that people can improve their situations most effectively if they keep an open mind, learn from their mistakes, and keep improving. It’s a valuable lesson and one of the best in the book. Robert Kiyosaki’s Worst Advice Now that we’ve covered the good stuff, what follows is my Rich Dad, Poor Dad criticism. I hate to say it, but there’s more to talk about here than I’d like. Honestly, Kiyosaki strikes me as a pretty typical guru. His attitude and tone throughout the book both rub me the wrong way. For example, he comes across as just a little too obsessed with the stereotypical image of a rich and powerful man. He describes his rich dad as a charismatic manly man of few words, with power behind his statements and smiles. Rich dad is tall, blunt, and always closing deals. He doesn’t do things like the other guys, and he’s pretty smug in his superior knowledge. Rich dad and his lessons also come off as manipulative to me. He pulls the protagonists’ strings purportedly to teach them esoteric lessons too complex to be put into mere words. The book just feels like it’s selling me something, and salesman gurus are by far my least favorite. Here are some of the specific ideas the book tries to sell to the reader that I don’t like. 1. You Should Start a Business and Get Rich Because Employees are Broke and Miserable As someone who truly loves being self-employed, I hate to admit this, but it’s not the right path for everyone. If you’d rather not branch out on your own, that’s perfectly fine. There are plenty of people who enjoy their jobs, make good or great money, and save responsibly. But Kiyosaki has a habit of putting down anyone who works for someone else and suggesting that employees are generally broke and unhappy. They just don’t get it. His poor dad already an insulting title, who worked a traditional job, couldn’t possibly understand what his rich dad understood thanks to all his business success. Not only does Kiyosaki fail to address the risks and downsides to business ownership, but he also suggests some definitely-not-okay tax strategies using business entities. For example, he proposes using a corporation to write off vacations as board meetings or deduct health club expenses. Those moves can get you into much more trouble thsan they’re worth. 2. Academic Learning isn’t Valuable Rich People Don’t Need It Kiyosaki also has a bad habit of downplaying the value of academic education and traditional learning. He seems to believe people who follow the general wisdom end up like his poor dad highly educated but ineffective and stressed about their money. Rich people learn only by doing or from living life. For example, rich dad says “All too often business schools train employees to become sophisticated bean-counters. Heaven forbid a bean counter takes over a business. All they do is look at the numbers, fire people, and kill the business.” Ironically, he promptly contradicts that claims, later saying “Accounting is possibly the most confusing, boring subject in the world, but if you want to be rich long-term, it could be the most important subject.” As an officially licensed and certified bean-counter, maybe he just hurt my feelings, but I don’t think so. Kiyosaki also glorifies rich dad’s cruel and unusual teaching methods, which included giving kids the silent treatment for weeks at a time while they work below minimum wage until they can’t take it anymore. Because that’s how life teaches “It just sorta pushes you around.” 3. Invest in Real Estate! It’s the Best Way to Get Rich! At this point, you’ve probably noticed that many of his “worst lessons” have something to do with getting rich. That’s a significant part of what struck me as wrong about this book. Getting rich isn’t really the point of personal finance. Maybe I need to “overcome my cynicism,” but I generally don’t trust gurus who toss that word around. Kiyosaki does it a bit too much for my comfort, and his suggested strategies for creating said riches aren’t always great either. Mainly, it bothers me how strongly he doubles down on real estate. Investing in real estate can be a great way to build wealth, but like self-employment it’s not for everyone. It’s also not a requirement for a successful and diversified portfolio. There are benefits to real estate investing, but Kiyosaki borders on implying that it’s a sure way to get rich quickly or inevitably. In reality, it’s a business like any other. There are unavoidable risks involved, and it takes knowledge, experience, and luck to succeed. 4. Jump Off Cliffs and Build Parachutes On Your Way Down Last but not least, we have one of my biggest pet peeves in the whole book. Kiyosaki legitimately suggests that you pay yourself first meaning your savings even if that comes at the cost of paying your creditors, even if one of those creditors is the Internal Revenue Service! Rich dad says “So you see, after paying myself, the pressure to pay my taxes and the other creditors is so great that it forces me to seek other forms of income. The pressure to pay becomes my motivation. I’ve worked extra jobs, started other companies, traded in the stock market, anything just to make sure those guys don’t start yelling at me[…] If I had paid myself last, I would have felt no pressure, but I’d be broke.“ Don’t get me wrong, I’m all for prioritizing saving, but paying yourself first shouldn’t mean risking stiffing the people you owe money, wrecking your credit score, and racking up fees and interest. You pay your creditors and essential living expenses first, then you set aside your savings, and then you reverse engineer your remaining budget. Is It Worth Reading Rich Dad, Poor Dad? I don’t want this to upset anyone who considers the book to be the Holy Grail of personal finance, but I couldn’t recommend Rich Dad, Poor Dad to someone who asked me how to start managing their money better, let alone someone who already has some experience. The book has a handful of positive lessons, but there’s nothing more profound in it than what you could find in the average personal finance blog these days. It’s mainly about inspiration, and there are places to get your inspiration these days without a side serving of Kiyosaki’s more troublesome ideas.
Буպо шևтታኒугΛըቃէሷоጯ υтрачοб
ጹбጋц υቯоዷኔፃЕбудեքуዚ խхθвонтеկ иηθցеχኘтв
Ит храво мιԸскυкохω саሚиհը
ቄкешыпαሯе уфԲኙչуλеդе уте еպεбуպዔγо
Ոኀοжуծων δуኚо ճФիሲοζθγθц оችጸлዠщо оνе
Ջоне всаДιноζ иминтувсևх уцևρէфичω

Judul Rich Dad Poor Dad (Apa Yang Diajarkan Orang Kaya Pada Anak-anak Mereka Tentang Uang - Yang Tidak Diajarkan Oleh Orang Miskin Dan Kelas Menengah) Penulis: Robert Kiyosaki Genre: Bisnis/Manajemen Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit: 2016 (edisi kedua) Jumlah halaman: 208 Bahasa: Bahasa Indonesia Alih Bahasa: J. Dwi Helly Purnomo "Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk

Rich Dad Poor Dad adalah titik awal bagi siapa pun yang ingin memegang kendali atas masa depan keuangan mereka. Judul Rich Dad Poor Dad Apa Yang Diajarkan Orang Kaya Pada Anak-anak Mereka Tentang Uang – Yang Tidak Diajarkan Oleh Orang Miskin Dan Kelas Menengah Penulis Robert Kiyosaki Genre Bisnis/Manajemen Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit 2016 edisi kedua Jumlah halaman 208 Bahasa Bahasa Indonesia Alih Bahasa J. Dwi Helly Purnomo “Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Orang kaya membuat uang bekerja bagi mereka.”Robert Kiyosaki Apakah pernah terpikirkan oleh Anda mengapa yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin? Meskipun ada berbagai faktor, ada satu hal cukup penting yang sangat memengaruhinya. Apa itu? Pendidikan tentang uang. Yang saya maksud pendidikan tentang uang bukanlah sekadar mengetahui nominal dari sebuah uang dan apa yang bisa kita beli dengan uang tersebut, melainkan mengenai bagaimana caranya uang yang bekerja untuk kita, bukan kita yang bekerja untuk uang. Demi menghindari kehidupan yang memaksa kita menghabiskan seluruh waktu yang kita miliki untuk bekerja demi mendapatkan uang. Dalam bukunya yang berjudul Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki menceritakan bagaimana pendidikan tentang uang bisa membuatnya kaya dan mengeluarkan lebih sedikit tenaga dan juga waktu. Awal mula saya bertemu dengan buku ini Bolak-balik toko buku baik luring maupun daring sudah tidak asing dengan sampulnya, dengan tulisan besar “RICH DAD POOR DAD” dan foto close up wajah si penulis membuat saya cukup mudah mengingatnya. Apalagi dengan banyaknya orang yang merekomendasikan buku ini dan banyaknya versi KW-nya yang cukup mengindikasikan jika buku ini adalah buku yang bagus membuat saya tertarik untuk membacanya. Apalagi topik buku ini tentang sebuah hal yang memang sedang saya ingin pelajari, yaitu finansial. Apa sebenarnya isi Rich Dad Poor Dad? Rich Dad Poor Dad adalah sebuah buku yang berisi tentang pengetahuan mengenai uang. Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, pengetahuan tentang uang yang saya maksud di sini adalah mengenai bagaimana agar kita bisa terbebas dari yang istilahnya “balap tikus”, bekerja untuk uang dan menghabiskan sisa waktu yang kita miliki untuk bekerja. Lalu kenapa judulnya Rich Dad Poor Dad? Robert Kiyosaki sendiri menceritakan bagaimana ia dibesarkan oleh dua orang ayah. Yang pertama adalah ayah kandungnya sendiri, seorang berpendidikan tinggi dan pegawai biasa tapi memiliki pola pikir konvensional. Kemudian ayah kedua adalah ayah dari temannya, walaupun berpendidikan rendah, ia adalah seorang pebisnis dan investor yang mengajarkannya pengetahuan tantang uang. Inti dari buku ini adalah membandingkan bagaimana seseorang bisa kaya dalam artian bebas finansial, sementara di sisi lain ada orang-orang yang bekerja setiap saat tapi terus menerus merasa kurang. Terdiri dari sembilan bab, Robert Kiyosaki membagi buku ini menjadi beberapa pelajaran inti yang bisa kita pelajari agar bisa terbebas dari “balap tikus.” BAB I. Pelajaran Satu Orang Kaya Tidak Bekerja untuk Uang “Mereka minta pekerjaan dan gaji, tapi tidak pernah meminta saya mengajari mereka tentang uang. Jadi, kebanyakan dari mereka menghabiskan tahun-tahun terbaik hidup mereka bekerja demi uang, tanpa benar-benar mengerti untuk apa mereka bekerja.”Hal. 25 Di bab pertama ini Robert Kiyosaki menceritakan awal mula bagaimana ia di usia 10 tahun bertemu dengan ayah temannya yang ia sebut “ayah kaya” dan mulai belajar darinya. Cara bagaimana ayah kaya membuat Robert Kiyosaki berpikir dan sadar tentang konsep dasar pengetahuan uang bisa saya sebut cukup ekstrem. Awalnya dengan membuatnya bekerja di salah satu toko kelontong milik ayah kaya dengan upah yang sangat sedikit, bahkan ketika ia meminta kenaikan upah, ayah kaya malah membuatnya bekerja tanpa gaji. Pelajaran pertama yang ayah kaya berikan adalah tentang bagaimana kebanyakan orang bekerja tetapi tidak kunjung bebas secara finansial. Mereka bekerja sepanjang hidupnya untuk memenuhi keinginan dan ketakutan tidak bisa membayar cicilan. Ketika Robert Kecil sadar, dia tidak ingin menjalani hidupnya seperti itu, dan membuatnya memutar otaknya, mencari jalan bagaimana agar uang bekerja untuknya, bukan dia yang bekerja untuk uang. “Kalau kau berpikir sayalah masalahnya, kau harus mengubah saya. Kalau kau sadar bahwa kaulah masalahnya, kau bisa mengubah diri, belajar sesuatu, dan menjadi lebih bijak. Kebanyakan orang ingin orang lain di dunia berubah, tapi diri mereka tidak.”Hal. 25 BAB II. Pelajaran Dua Mengapa Mengajarkan Melek Keuangan? Bab kedua berisi mengenai bagaimana pola yang menyebabkan yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Robert Kiyosaki menjelaskan bagaimana cash flow atau arus kas seseorang bisa menggambarkan seseorang susah kaya karena ia tidak menggunakan pendapatannya untuk membangun aset. Orang yang tidak kaya menggunakan seluruh uangnya untuk membayar cicilan dan pengeluaran konsumtif, jadi ia hanya memiliki satu sumber pendapatan yang bernama gaji. Ketika kita hanya bergantung pada satu sumber pendapatan, otomatis kita terpaksa untuk terus bekerja untuk membayar cicilan. Di bab ini juga Robert Kiyosaki menjelaskan bahwa rumah yang kita tinggali bukanlah aset, melainkan liabilitas. Kenapa? Karena rumah tidak mendatangkan pendapatan, malah membuat kita mengeluarkan uang seperti untuk listrik, air, dan perawatan. Rumah akan menjadi aset jika rumah atau properti tersebut disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Hal. 58 Hal. 59 Hal. 60 “Kemakmuran adalah kemampuan seseorang untuk bertahan melewati begitu banyak hari di depan, atau kalau saya berhenti bekerja hari ini, berapa lama saya bisa bertahan hidup?”Hal. 78 BAB III. Pelajaran Tiga Uruslah Bisnis Anda Sendiri Apa yang Robert Kiyosaki sampaikan di bagian ini adalah mengenai bagaimana menuju kebebasan finansial dengan fokus memperbanyak aset, salah satunya adalah bisnis. Kenapa bisnis masuk ke kolom aset dan bukannya kolom penghasilan? Karena yang Robert Kiyosaki maksud dengan bisnis di sini adalah sebuah hal yang tidak mengharuskan kehadiran kita. Ketika kita meluangkan waktu terlalu banyak untuk mengurusi bisnis, maka bisnis tersebut tidak lagi menjadi aset, melainkan menjadi pekerjaan kita. Kemudian yang Robert Kiyosaki maksud dengan “uruslah bisnis Anda sendiri” adalah kita sering kali terlalu fokus pada pekerjaan kita tanpa sempat untuk memulai bisnis sendiri. Penekanan yang Robert Kiyosaki sampaikan adalah membangun dan menjaga kolom aset tetap kukuh. “Kesalahan dalam menjadi apa yang Anda pelajari adalah terlalu banyak orang yang lupa memikirkan bisnis mereka sendiri. Mereka menghabiskan hidup untuk mengurusi bisnis orang lain dan membuat orang itu kaya.”Hal. 83 BAB IV. Pelajaran Empat Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi Di bagian ini Robert Kiyosaki menjelaskan tentang pentingnya sebuah korporasi, salah satunya agar kita tidak harus membayar pajak yang tinggi, tidak seperti sebagai individu. Intinya di bab empat ini Robert Kiyosaki menerangkan manfaat-manfaat yang bisa kita dapat jika memiliki kecerdasan keuangan atau IQ keuangan. IQ keuangan terdiri dari pemahaman mengenai pengetahuan tentang empat bidang keahlian yang luas. Keempat hal ini wajib kita pahami jika tujuan utamanya adalah menuju kebebasan finansial, di antaranya adalah 1. Akuntansi Akuntansi adalah melek keuangan atau kemampuan membaca angka. Ini keterampilan yang penting kalau kita ingin membangun kerajaan bisnis. Semakin banyak uang yang menjadi tanggung jawab kita, semakin besar akurasi yang kita butuhkan. Ini adalah sisi otak bagian kiri, atau detail. Melek keuangan adalah kemampuan membaca dan memahami laporan keuangan yang memungkinkan kita mengenali kekuatan dan kelemahan bisnis apa pun. 2. Investasi Investasi adalah ilmu pengetahuan tentang “uang yang mengenhasilkan uang.” Ini mencakup strategi dan formula yang digunakan oleh sisi otak kanan yang kreatif. 3. Memahami Pasar Memahami pasar adalah ilmu pengetahuan tentang penawaran dan permintaan. Kita perlu mengetahui aspek teknis pasar, yang didorong oleh emosi, selain aspek fundamental dan ekonomis dari investasi. Apakah suatu investasi masuk akal atau tidak masuk akal berdasarkan kondisi pasar saat ini? 4. Hukum Korporasi yang dilengkapi dengan keterampilan teknis akuntansi, investasi, dan pasar bisa berkontribusi pada pertumbuhan yang luar biasa. Orang yang memahami keuntungan dan perlindungan pajak yang disediakan oleh korporasi bisa menjadi kaya dengan jauh lebih cepat daripada orang yang hanya merupakan karyawan atau pemilik tunggal sebuah bisnis kecil. Ini seperti perbedaan antara orang yang berjalan dan yang terbang. Perbedaan itu sangat besar bila menyangkut kekayaan jangka panjang. “Pengetahuan adalah kekuatan. Dengan uang, datanglah kekuatan yang lebih besar yang menuntut pengetahuan yang benar untuk menjaga dan melipatgandakannya. Tanpa pengetahuan itu, dunia mempermainkan Anda.”Hal. 95 BAB V. Pelajaran Lima Orang Kaya Menciptakan Uang Robert Kiyosaki menceritakan bahwa waktu adalah salah satu aset terbesar kita, jadi daripada menabung dalam waktu yang lama, ia menyarankan untuk menginvestasikan uang kita menjadi aset yang bisa mendatangkan kekayaan lebih cepat. Inti yang saya tangkap dalam bagian ini adalah bagaimana kita memutarkan berulang kali keuntungan dengan mengoptimalkan kemampuan kecerdasan IQ tadi, yang meliputi pemahaman mengenai akuntansi, investasi, pasar, dan hukum. Beberapa pelajaran penting yang saya tangkap Cari peluang yang banyak orang banyak cara lain mendapatkan modal selain mendatangi bank atau meminjam ke orang lain. Jadi kita harus selalu memutar otak ketika berhadapan pada sebuah kemampuan kita terbatas pada hal-hal tertentu, kelola orang-orang yang memang ahli pada bidang-bidang tersebut. “Selalu ada risiko, jadi belajarlah mengelola risiko daripada menghindarinya.”Hal. 127 BAB VI. Pelajaran Enam Bekerja Untuk Belajar, Jangan Bekerja Untuk Uang Salah satu contoh pada bagian ini adalah kebanyakan orang yang ahli membuat resep makanan enak kurang mampu mengembangkan bisnis mereka. Kenapa? Karena mereka terlalu fokus pada satu hal, yaitu membuat resep. Mereka melewatkan dan tidak begitu mempelajari hal penting lainnya untuk mengembangkan sebuah bisnis. Jadi ayah kaya menyarankan Robert Kiyosaki untuk ingin tahu sedikit tentang banyak hal. Saran tersebut ia ikuti, jadi ketika masih bekerja untuk orang lain, ia sempat beberapa kali merubah profesinya agar dapat mempelajari hal-hal yang dia anggap penting untuk membangun bisnisnya sendiri. “Saya menyarankan mereka mengambil pandangan yang lebih jauh tentang hidup mereka. Alih-alih bekerja untuk uang dan pekerjaan yang terjamin, yang saya akui penting, saya menyarankan mereka mengambil pekerjaan kedua yang akan mengajari keterampilan kedua.”Hal. 138 BAB VII. Mengatasi Rintangan Walaupun sudah melek keuangan, masih ada beberapa rintangan yang bisa membuat orang susah membangun aset dan kesulitan meningkatkan arus kas. Beberapanya adalah 1. Rasa Takut “Saya tidak pernah bertemu dengan orang yang sungguh-sungguh senang kehilangan uang. Dan sepanjang hidup saya, saya tidak pernah bertemu orang kaya yang tidak pernah kehilangan uang. Namun, saya bertemu banyak orang miskin yang tidak pernah kehilangan satu sen pun dalam berinvestasi.”Hal. 145 Yang Robert Kiyosaki tekankan adalah bagaimana caranya agar kita mampu mengatasi kegagalan, itu yang membuat perbedaan pada hidup kita. Jika selalu takut mengambil risiko dan main aman, kita tidak akan pernah gagal dan tidak akan pernah belajar. 2. Sinisme “Sering kali dibutuhkan keberanian besar untuk tidak membiarkan rumor dan ramalan tentang kegelapan serta malapetaka memengaruhi keraguan dan ketakutan kita. Namun, investor yang cerdas tahu bahwa masa yang sepertinya buruk sebenarnya merupakan saat terbaik untuk menghasilkan uang.”Hal. 153 Tidak beda jauh dengan mengatasi rasa takut, sinisme adalah sifat yang bisa mudah kita temui pada orang yang sulit berkembang. Ia akan selalu mencari alasan daripada mencari jalan keluar dengan menganalisis berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Di situlah kita bisa menemukan peluang, jika tidak bersifat sinis. 3. Kemasalan “Orang sibuk sering kali adalah orang yang paling malas. Mereka sibuk, dan mereka tetap sibuk karena itu cara untuk menghindari sesuatu yang tidak ingin mereka hadapi.”Hal. 158 Mungkin ketamakan biasa identik dengan hal yang negatif ya, tapi terkadang hal itu bisa menjadi salah satu cara kita untuk mengatasi kemalasan. Kok bisa? Yang ayah kaya katakan kepada Robert Kiyosaki adalah melarang kata-kata seperti “Saya tak mampu membelinya.” Dan menggantinya dengan “Bagaimana saya bisa membelinya.” Hasrat atau keinginan akan sesuatu bisa membuat kita mencari berbagai cara untuk mendapatkannya, dari situlah kita bisa melatih kemampuan berpikir dan mencari jalan keluar. 4. Kebiasaan Buruk “Hidup kita lebih merupakan cerminan kebiasaan kita daripada pendidikan kita.”Hal. 161 Kebiasaan buruk menurut ayah kaya di sini ialah tentang bagaimana kebanyakan orang lebih dulu membayar pemerintah daripada membayar diri sendiri. Apa maksudnya? Kebiasaan orang kaya adalah memprioritaskan kolom aset, jadi hal pertama yang mereka lakukan ketika mendapat uang adalah langsung memutarkannnya kembali. Dan karena sudah memutarkan uang yang didapat sementara itu masih ada pajak yang harus dia bayar, mereka menjadikannya sebagai sebuah motivasi untuk memutar otak bagaimana cara membayar pajak tersebut, hal itu membuat mereka bekerja lebih keras, memaksa untuk berpikir, dan yang paling penting membuat lebih cerdik serta aktif dalam hal uang. 5. Kesombongan “Ketika Anda tahu bahwa Anda bodoh dalam suatu topik, mulailah didik diri Anda dengan mencari seorang ahli di bidang itu atau sebuah buku tentang topik itu.”Hal. 164 Ketika seseorang sombong, ia yakin bahwa apa yang tidak ia ketahui tidaklah penting. Dan ketika ia memiliki pemikiran seperti itu, kehilangan uang akan menyadarkannya. BAB VIII. Memulai “Kegeniusan kita tertidur karena kebudayaan kita telah mendidik kita untuk meyakini bahwa cinta akan uang adalah akar segala kejahatan. Hal itu mendorong kita untuk mempelajari suatu profesi agar kita bisa bekerja untuk memperoleh uang, tapi tak berhasil mengajari kita cara membuat uang bekerja untuk kita.”Hal. 165 Mendapatkan uang dari “pekerjaan” rasanya lebih mudah daripada harus pusing-pusing membangun aset, tapi kebanyakan orang menjadi tidak sadar bahwa hal tersebut bisa membuat mereka tak kunjung keluar dari siklus balap tikus. Selain itu potensi yang kita miliki jadi kurang bisa optimal karena jarang dilatih. Karena itu, Robert Kiyosaki menawarkan sepuluh langkah sebagai proses untuk mengembangkan kekuatan yang kita miliki 1. Temukan alasan yang lebih besar daripada kenyataan kekuatan semangat Pertama, kita harus memiliki alasan. Apa pun itu, contohnya adalah berjuang demi diri sendiri ataupun orang yang kita cintai. Cintalah yang membuat kita mengatasi rintangan dan pengorbanan. “Tanpa alasan atau tujuan yang kuat, apa pun dalam hidup ini sulit.”Hal. 168 2. Buat pilihan setiap hari kekuatan pilihan Robert Kiyosaki menjelaskan jika hal pertama yang seharusnya kita pilih adalah pendidikan, karena menurutnya satu-satunya set riil yang kita miliki adalah pikiran kita, alat paling kuat yang kita kuasai. Kemudian jika sudah memiliki pengetahuan cara untuk menjadi kaya, setiap hari pilihlah pilihan yang bisa membuat kita tetap berada di jalur tersebut. “Pilihan tentang apa yang kita lakukan dengan waktu kita, uang kita, dan apa yang kita masukkan ke kepala kita. Itulah kekuatan kita. Kita semua punya pilihan. Saya hanya memilih untuk menjadi kaya, dan saya membuat pilihan itu setiap hari.”Hal. 159 3. Memilih teman dengan cermat kekuatan pertemanan Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, Robert Kiyosaki menekankan bahwa ia tidak mencari pergaulan dengan orang-orang kaya untuk mendapatkan uang mereka, melainkan untuk mendapatkan pengetahuannya. “Saya punya beberapa teman yang menghasilkan lebih dari satu miliar dollar dalam masa hidup mereka yang singkat. Tiga dari mereka mengatakan fenomena yang sama Teman-teman mereka yang tidak punya uang tidak pernah datang kepada mereka untuk bertanya bagaimana mereka mencapai kekayaan mereka itu. Namun, mereka mendatangi mereka dan menanyakan satu dua hal berikut, atau keduanya pinjaman, atau pekerjaan.”Hal. 172 4. Kuasailah sebuah formula, lalu pelajari sebuah formula baru kekuatan belajar dengan cepat Terkadang bukan tentang seberapa lama kita mempalajari sesuatu, melainkan terbuka terhadap hal-hal baru. “Di dunia saat ini yang berubah cepat, bukan lagi seberapa banyak banyak yang Anda ketahui yang penting, karena sering kali yang Anda ketahui itu sudah kuno. Yang penting adalah seberapa cepat Anda belajar.”Hal. 175 5. Bayar diri Anda terlebih dahulu kekuatan disiplin diri Robert Kiyosaki menjelaskan bahwa ada tiga keterampilan manajemen paling penting yang dibutuhkan untuk memulai bisnis sendiri arus kas, sumber daya manusia, dan waktu pribadi. Tidak hanya dalam bisnis, ketiga hal tersebut juga sangat penting diterapkan dalam berbagai hal baik lingkup individu, organisasi, hingga komunitas masyarakat. Kemudian yang dimaksud dengan “bayar diri Anda terlebih dahulu” sama dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya, fokus pada kolom aset sebelum mengalokasikannya pada hal lain. Ada dua hal yang Robert Kiyosaki sarankan agar selalu diingat Jangan terjebak dalam utang besar yang harus dibayar. Jagalah pengeluaran tetap rendah. Bangunlah aset terlebih dahulu, baru setelah itu sedikit demi sedikit bisa mengalokasikan anggaran ke hal-hal kekurangan uang, biarkan tekanan terbentuk dan jangan memakai tabungan atau investasi. Gunakan tekanan itu untuk membuat pikiran kita memunculkan cara-cara baru untuk menghasilkan uang lebih banyak. Ketika sudah didapatkan, baru bayar apa yang perlu dibayar. “Orang kaya tahu tabungan hanya digunakan untuk menciptakan uang lebih banyak, bukan untuk membayar tagihan.”Hal. 180 6. Bayarlah broker Anda dengan baik kekuatan saran yang baik Cari broker yang bidang bisnisnya berbeda dari kita. Kenapa? Karena sering kali broker yang bisnisnya sama dengan kita akan lebih mengutamakan bisnisnya sendiri. “Seperti saya katakana sebelumnya, salah satu keterampilan manajemen yang diperlukan adalah manajemen SDM. Banyak orang hanya mengelola orang yang mereka anggap lebih bodoh serta ada di bawah kekuasaan mereka. Banyak manajer madya tetap menjadi manajer madya, gagal dipromosikan, karena mereka tahu cara bekerja dengan orang-orang di bawah mereka, tapi tidak tahu cara bekerja dengan orang-orang di atas mereka. Keterampilan yang sebenarnya adalah mengelola dan mengganjar orang yang lebih pandai daripada Anda dalam sejumlah bidang teknis.”Hal. 183 7. Jadilah seorang pemberi Indian kekuatan memperoleh sesuatu secara gratis Di dunia kolom aset, menjadi pemberi Indian mendapatkan kembali apa yang telah dikeluarkan sangatlah penting untuk kekayaan. Robert Kiyosaki memberi contoh ia membeli sebuah kondominium sitaan yang ia sewakan segera setelah ia beli. Ia melakukan perhitungan seberapa cepat ia bisa balik modal dari hasil menyewakan kondominium itu. Dalam tiga tahun uangnya sudah kembali, dan kondominium itu sekarang jadi aset yang terus mendatangkan keuntungan baginya. “Pertanyaan pertama seorang investor yang canggih adalah, “Seberapa cepat saya mendapatkan kembali uang saya?”Hal. 183 8. Menggunakan aset untuk membeli kemewahan kekuatan fokus Robert Kiyosaki menceritakan kisah temannya yang hendak membelikan sebuah mobil kepada anaknya, tapi tidak jadi, dan memilih untuk memberikan uang untuk investasi saham, dan akhirnya anak itu berhasil mendapatkan keuntungan yang salah satunya bisa digunakan untuk membeli mobil. “Saat ini, terlalu sering kita lebih berfokus meminjam uang untuk mendapatkan hal-hal yang kita inginkan, bukannya berfokus menciptakan uang.”Hal. 188 9. Kebutuhan akan pahlawan kekuatan mitos Ketika kecil Robert Kiyosaki menjadikan para pemain bisbol profesional sebagai pahlawannya. Beranjak dewasa ia beralih ke sosok seperti Donald Trump dan Warren Buffet. Ia meniru dan mempelajari bagaimana orang-orang seperti mereka menghasilkan uang. “Meniru atau berusaha menyamai pahlawan adalah kekuatan belajar yang sejati.”Hal. 188 10. Mengajarlah maka kau akan menerima kekuatan memberi Tidak banyak yang disampaikan di bagian ini, seperti pada umumnya, memberi adalah hal yang mulia yang bisa membawa kebaikan pada diri kita sendiri. “Anda hanya perlu bersikap murah hati dengan apa yang Anda miliki.”Hal. 191 BAB IX. Masih Ingin Lagi? Inilah Beberapa Hal Yang Harus Dilakukan Di bagian akhir, Robert Kiyosaki memberikan beberapa poin spesifik yang bisa kita lakukan, seperti ikuti kursus, melakukan evaluasi, belajar dari masa lalu, dll. Hanya seperti sebuah rangkuman dari beberapa bab-bab sebelumnya. Apa yang saya dapat dari buku ini Kemampuan story telling Robert Kiyosaki sangat bagus. Saya benar-benar bisa membayangkan apa saja yang ia lakukan dan pelajaran apa yang ia ambil dari hal-hal tersebut, khususnya pelajaran yang diberikan oleh ayah kaya. Tidak ada kata membosankan ketika membaca buku ini cukup menggambarkan alasan yang masuk akal kenapa orang kaya makin kaya dan orang miskin makin miskin. Uang orang kaya diputarkan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak, sementara itu uang orang miskin dihabiskan begitu saja dan membuat mereka harus bekerja lebih keras. Pendidikan tentang uang bisa merubah banyak kekuatan pajak dalam memengaruhi finansial seseorang. Tapi perlu dibandingkan dengan kondisi yang ada di Indonesia, karena pajak di US memang setinggi itu, baik pajak penghasilan dan kepemilikan barang/ saya sadar bahwa rutinitas harian saya sekarang akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan bebas finansial saya nantinya. Harus mulai bertindak dari sekarang jika tidak ingin hidup hanya untuk bekerja demi mendapatkan jadi memiliki pemikiran jika MLM ternyata tidak seburuk itu, MLM melatih kemampuan menjual kita, yang di mana termasuk kemampuan komunikasi dan negosiasi, hal yang sangat penting dalam rangka membangun menggunakan akal untuk mengatasi masalah keuangan. Meminjam uang memanglah hal yang mudah, tapi itu seperti gali lubang tutup lubang kan? Ada banyak cara lain jika kita mau menyisihkan pikiran dan tenaga untuk melakukannya. Apa yang menurut saya bisa dikritisi Saya tahu buku ini mengajarkan pendidikan tentang uang, tapi ada lingkup lebih luas yang bisa dibahas, contohnya seperti perbedaan kelas. Karena ya tidak semua orang bisa memiliki akses ke sana. Maksudnya, saya cukup beruntung memiliki akses bisa membaca buku ini, lalu bagaimana dengan nasib orang-orang di luar sana yang demi mendapatkan pendidikan konvensional saja kesusahan?Menurut saya apa yang disampaikan pada buku ini lebih ditujukan bagi orang-orang yang hidup secara “normal.” Maksud saya, orang-orang yang belum memiliki ideologi tersendiri dalam menjalani kehidupan. Singkatnya buku ini mengajarkan kita menjadi pemenang dalam sistem banyak menggunakan contoh bisnis investasi properti. Ya saya tahu itu salah satu bisnis utama Robert Kiyosaki, tetapi secara tidak langsung bisa membuat para pembaca fokus dan ikut-ikutan menekuni bidang tersebut sebelum melihat peluang di bidang yang lain. Kesimpulan Pada akhirnya buku ini memang sangat recommended untuk dibaca oleh siapa saja, terlebih bagi orang-orang seperti saya yang sebelumnya kurang aware dengan pendidikan tentang uang. Namun perlu diingat apa isi buku ini tetap perlu disesuaikan juga dengan kondisi di Indonesia, apalagi kultur dan budaya yang cukup berbeda. Maksud saya, ada loh orang di sini yang di usia senjanya masih bekerja walaupun sudah berkecukupan. Kenapa? Karena hal itu yang membuat mereka merasa hidup. Jadi bekerja sampai tua tidak selalu buruk bagi semua orang, ada sudut pandang lain juga tentang hal itu. Namun tetap apa yang diajarkan oleh ayah kaya kepada Robert Kiyosaki perlu diajarkan kepada setiap orang. Agar kita bisa menjalani hidup yang berkesadaran, bukan menjalani hidup yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh para pemegang modal agar kita menjadi sapi perah yang bisa dengan mudahnya disedot hingga habis tak tersisa. Dari skor 1-5 saya memberi nilai pada buku ini. Worth it untuk dibaca. Link Pembelian Tokopedia Gramedia Baca juga REVIEW BUKU How to Win Friends and Influence People Dale Carnegie REVIEW BUKU The Power of Habit Charles Duhigg

Review#1 Seandainya setiap agama mempunyai kitab suci yang tersendiri, maka tidak keterlaluan jika dikatakan, buku Rich Dad Poor Dad adalah kitab utama bagi mazhab kekayaan dalam dunia moden sekarang. Tanyalah kepada para jutawan di seluruh dunia, lebih separuh daripada mereka pasti memberitahu yang mereka pernah membaca buku ini.
Advertising Disclosure This article/post contains references to products or services from one or more of our advertisers or partners. We may receive compensation when you click on links to those products or services Since its debut in 1997, Robert T. Kiyosaki's Robert Kiyosaki's Rich Dad, Poor Dad has been a landmark among personal finance books, a best-seller that has sold nearly 40 million copies worldwide. I first read the book back in 2000, when I was still a budding entrepreneur. I figured I would re-read it now that I have more experience under my belt. I also wanted to see if it's held up to the test of time, and if I would like it as much as I did when I first read Rich Dad, Poor Dad. A lot has happened financially in the past 20 years, and I'm curious if some of Kyosaki's predictions came true. Our Rating - 8 8 While Robert Kiyosaki's bestseller is recommended reading for starting entrepreneurs, this book does have some flaws. You should read this book just to start thinking differently than the average employee, if not to get motivated. However, take Kiyosaki's advice with a grain of Rich Dad, Poor Dad When I first read the book, I primarily liked how Kiyosaki viewed the world from a different perspective. It got me to think differently about my business and investing than I had previously. Kiyosaki seems to be a polarizing figure You either love or hate his work. The Simple Dollar review of Kiyosaki's work, for example, adds a lot of personal bias, and I don't think that's fair. I try to take a more neutral viewpoint and will review the book based upon my experience in the business world. Rich Dad, Poor Dad should be viewed as a general starting point — an investment/startup summary, rather than a list of specific items to do as an entrepreneur. Robert Kiyosaki emphasizes six key points throughout the book. These points — which differentiate between his “poor” dad his real dad and the “rich” dad that helped him understand business and become wealthy — are The rich don’t work for money The importance of financial literacy Minding your own business Taxes and corporations The rich invent money The need to work to learn and not to work for money Good Points in the Book Flawed Educational System As Robert mentions many times in the book, our traditional educational system is flawed. Our education system is designed primarily to create employees and could be a negative influence for an entrepreneur. As Kiyosaki mentions, he's not suggesting that people skip higher education; he's suggesting higher education does not assist with “street smarts.” Financial literacy is something that is rarely discussed in school, and if it is discussed, it is only at basic levels. Based upon my personal background, I've made this a personal focus and will make sure my children are well educated in this subject. The cost of education continues to increase much faster than the rate of inflation. It's becoming more clear our education system is broken. Robert's statements about this topic are accurate. Being an Entrepreneur Is Less Risky The popular belief is that owning a business is riskier than working for someone else. In my opinion, owning a business gives you all sorts of self-reliance skills you would not get when working for someone else. If anything, with today's “cradle to grave” mentality, we are creating more dependent individuals. Owning a business has given me much more independence and many more invaluable skills I could still use if I were to work for someone else. On a weekly basis, I now do things I used to consider risky or could never imagine doing before owning a business. Your Primary Residence Is NOT an Asset Over the years it generally has been accepted that your primary residence is an asset. Robert flat-out states I believe correctly that your home is not an asset, since it does not generate positive cash flow. The housing bubble and collapse proved this correct. “Rich people acquire assets. The poor and middle class acquire liabilities, but they think they are assets.” While rental properties have also gone down in value, if you focus on positive cash flow, you still are bringing in money every month. Robert even states in his book that home values do not always go up. Pretty much all consumable goods are liabilities — something even I got tripped up with. Kiyosaki states you should buy investments that generate cash flow to help pay for your “doodads.” I think this is a great way to look at how to purchase your toys. What Is an Asset or Liability? “An asset is something that puts money in my pocket. A liability is something that takes money out of my pocket.” A load of Kiyosaki's critics point out that this statement doesn't follow general accounting standards. This is true, and Robert acknowledges this. The point, which many miss, is that you should be focusing on cash flow to get wealthy. “Wealth is a person’s ability to survive so many number of days forward… or if I stopped working today, how long could I survive?” I still refer back to this statement today and have devoted a few posts to this topic Does Net Worth Matter? How to Become Wealthy Complaints About the Book There are many reports that Robert's “Rich Dad” does not exist and was made up. This is more than likely true, but there have been many personal finance books that are works of fiction. The book Wealthy Barber comes to mind. The issue some people have with Robert is that he presents his book as a work of non-fiction when it's not, and I agree with this complaint. I find it interesting that John Reed's website puts down Robert's work, but at the same time also sells Reed's own work. Robert does downplay the role of risk in the investment suggestions. This is somewhat accurate, but he suggests that you should fully understand your investments before diving in. Robert states that investing is risky only if you don't fully understand what you are investing in. Summary While I still recommend this book, especially for beginning entrepreneurs, the book has some flaws. In my opinion, many topics he discusses hold the test of time. But take some of what Robert Kiyosaki says with a grain of salt. It should be read, if not for the motivation, just to get you to think differently than a salaried employee. I don't love or hate it, hence the reason why I give this book 3 out of 5 stars. If you do decide to read Robert's books, I recommend reading only Rich Dad, Poor Dad and Rich Dad's Cashflow Quadrant. Most of the other books are simply a rehash of these two books. I DO NOT recommend attending any local seminars. I will keep his book on my list of best personal finance books for the primary reason to get you to think outside the box. Larry Ludwig was the founder and editor in chief of Investor Junkie. He graduated from Clemson University with a bachelor of science in computers and a minor in business. Back in the ’90s, I helped create some of the first financial websites for firms like Chase, T. Rowe Price, and ING Bank, and later went on to work for Nomura Securities. He’s had a passion for investing since he was 20 years old and has owned multiple businesses for over 20 years. He currently resides in Long Island, New York, with his wife and three children.
Adminblog Berbagai Buku 01 February 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait ringkasan buku rich dad poor dad dibawah ini. Essay Services Recagno Informatica Write Reviews For Wink Books Gambar Dari : Review Buku Rich Dad Poor Dad. Gambar Dari : carajadikaya.com. Rich Dad S Guide To Becoming Rich Without Cutting Up Your Credit
Book Review "Rich Dad Poor Dad" by Robert T. Kiyosaki. Synopsis "Rich Dad Poor Dad" is a groundbreaking financial education book that challenges conventional wisdom and provides readers with valuable insights into the world of money and wealth. Co-authored by Robert T. Kiyosaki, along with Tim Wheeler and others, the book presents a unique narrative-driven approach to financial literacy, empowering readers to take control of their financial The central theme of "Rich Dad Poor Dad" revolves around the stark contrast between Kiyosaki's two father figures his biological father, referred to as the "poor dad," and his best friend's father, known as the "rich dad." Through engaging personal stories and anecdotes, Kiyosaki explores the differing mindsets and financial teachings he received from these two book explores key topics such as the importance of financial education, the difference between assets and liabilities, the concept of cash flow, the power of passive income, and the mindset required for financial success. By examining the principles and strategies espoused by his rich dad, Kiyosaki highlights the essential skills and knowledge necessary to achieve financial Audience Will Learn "Rich Dad Poor Dad" is an invaluable resource for readers of all backgrounds who want to enhance their financial literacy and build a solid foundation for wealth creation. The book offers practical insights and actionable advice that can be applied by individuals at any stage of their financial will learn to develop a mindset that embraces financial intelligence, enabling them to make informed decisions about money. They will gain an understanding of the difference between assets and liabilities, learning to focus on acquiring income-generating assets while minimizing liabilities. The book also emphasizes the importance of financial independence through the generation of passive income, allowing individuals to achieve greater freedom and flexibility in their "Rich Dad Poor Dad" highlights the significance of financial education and self-empowerment. Readers will be encouraged to take control of their financial destinies, learn from their mistakes, and persist in their pursuit of wealth and Should Read ItThis book is suitable for a wide range of readers, including students, young professionals, aspiring entrepreneurs, and anyone seeking to improve their financial literacy. It is especially beneficial for individuals who feel trapped by the limitations of traditional financial thinking and want to explore alternative strategies for building wealth."Rich Dad Poor Dad" is written in a conversational and accessible style, making it easily understandable for readers with little to no prior knowledge of finance. The concepts presented in the book are explained in simple terms, ensuring that readers can grasp the core principles and apply them in their day-to-day reading "Rich Dad Poor Dad" and implementing the knowledge gained, readers can transform their financial outlook. They will gain the confidence to make informed financial decisions, build a solid financial foundation, and ultimately achieve their goals of financial independence and long-term wealth creation.
BukuRich Dad Poor Dad (edisi Revisi) karya Robert T. Kiyosaki. Rich Dad Poor Dad akan. Menghancurkan mitos Anda perlu memiliki penghasilan tinggi agar bisa kaya Menantang keyakinan bahwa rumah Anda adalah aset Men
Judul Rich Dad Poor Dad Penulis Robert T. Kiyosaki Penerbit Gramedia Pustaka Utama Tahun Maret 2021 Tebal 244 halaman ISBN 978-602-03-3317-5 Buku Rich Dad Poor Dad terbit pertama kali tahun 1997 dan sampai sekarang konsisten menjadi Internasional Bestseller. Buku karya investor Robert Kiyosaki ini membahas betapa pentingnya pendidikan finansial—yang mana sangat jarang terdapat dalam kurikulum pendidikan dan sekolah-sekolah formal. Terjemahan bahasa Indonesia buku Rich Dad Poor Dad diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pertama kali pada 2016. Dan hingga Maret 2021 sudah sampai cetakan ke-59. Ini membuktikan kuatnya gagasan-gagasan Kiyosaki dalam memberikan sudut pandang baru tentang uang yang jarang disadari banyak orang. Lantas apa isi buku Rich Dad Poor Dad? Persis seperti sub judulnya; Apa yang Diajarkan Orang Kaya kepada Anak-anak Mereka Tentang Uang—yang Tidak Diajarkan Orang-orang Miskin dan Kelas Menengah. Robert Kiyosaki mengawali buku Rich Dad Poor Dad dengan menjelaskan asal mula kata Rich Dad Poor Dad.’ Ia memiliki dua Ayah. Pertama, Ayah kandungnya sendiri. Berpendidikan tinggi, memiliki gelar dan melanjutkan studi tingkat tinggi ke berbagai universitas dengan beasiswa penuh. Namun, Ayah pertama harus berjuang dalam hal keuangan dan meninggalkan banyak utang. Kiyosaki menyebutnya Poor Dad Ayah Miskin. Ayah yang kedua ialah ayah temannya. Ia tidak lulus pendidikan SMP. Namun, menjadi salah satu orang terkaya di Hawaii dan wafat dengan meninggalkan puluhan juta dolar bagi keluarga dan amal kemanusiaan. Kiyosaki menyebutnya Rich Dad Ayah Kaya. Kedua ayah ini sangat berpengaruh bagi Robert Kiyosaki dalam membentuk sudut pandangnya terhadap uang. Keduanya berhasil dalam karier mereka, keduanya karismatik dan berpengaruh, keduanya percaya pada pendidikan meskipun tidak merekomendasikan jalur studi yang sama. Nasihat serta pelajaran kedua ayahnya inilah yang memberikan Kiyosaki pilihan untuk membedakan dua sudut pandang; sudut pandang orang kaya dan sudut pandang orang miskin. Itulah yang dipaparkan dalam buku dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti ini, serta disajikan dalam bentuk cerita sehingga pembaca tidak mungkin bosan mengikutinya. Robert Kiyosaki membaginya ke dalam enam pelajaran penting; Pertama, orang kaya tidak bekerja untuk uang. Kedua, pentingnya melek keuangan. Ketiga, mengurus bisnis sendiri. Keempat, sejarah pajak dan kekuatan korporasi. Kelima, orang kaya menciptakan uang. Keenam, bekerjalah untuk belajar—jangan bekerja untuk uang. Konsep-konsep Kiyosaki dalam buku Rich Dad Poor Dad dengan berani mendobrak pandangan umum. Salah satunya yaitu menentang keyakinan bahwa rumah dan kendaraan adalah aset. Menurut Kiyosaki, dua benda itu bukanlah aset, melainkan liabilitas. Hal ini karena rumah dan kendaraan tidak bisa mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya. Justru sebaliknya, menambah jumlah pengeluaran, seperti biaya perawatan misalnya. Rumah barulah dikatakan aset jika disewakan, begitu pula kendaraan. Robert Kiyosaki juga menunjukkan kepada para orang tua mengapa mereka tidak bisa mengandalkan sistem pendidikan untuk mengajarkan tentang uang kepada anak-anak dan bagaimana seharusnya mendidik mereka agar mengerti. Buku Rich Dad Poor Dad bukanlah panduan praktis. Buku ini tidak menjelaskan langkah-langkah yang bisa langsung dipraktikkan. Namun, Rich Dad Poor Dad adalah buku yang akan mengubah sudut pandang serta pemahaman kita tentang uang yang selama ini keliru. Rich Dad Poor Dad—seperti komentar USA Today pada halaman depan buku—adalah titik awal bagi siapa pun yang ingin memegang kendali masa depan keuangan mereka. TermasukCara Menciptakan Uang, Ini 10 Kelebihan Buku Robert Kiyosaki. 2020.07.17. Robert Kiyosaki adalah salah satu penulis buku best seller di dunia. Bukunya yang bejudul Rich Dad Poor Dad ini bahkan menjadi pedoman banyak bisnis di dunia, terutama bisnis multi level marketing atau MLM. Buku itu berisi tentang bagaimana cara menjadi seorang Resensi Buku Rich Dad Poor Dad – Rich Dad Poor Dad merupakan buku yang ditulis oleh seorang penulis, perencana finansial, investor, dan pengusaha asal Amerika Serikat, yakni Robert T. Kiyosaki. Buku ini memaparkan mengenai pentingnya peka akan keuangan atau finansial di masa kini. Buku ini wajib dan layak dijadikan referensi bacaan sebab akan mengarahkan kita agar mencapai pada kebebasan finansial. Buku ini cenderung mengarahkan pada para pembacanya untuk mengubah pola pikir dan menciptakan sebuah kesadaran akan pentingnya peka pada finansial di zaman yang semakin canggih ini, kemudian membangin aset sedini mungkin. Dengan demikian, Robert mengajak para pembacanya agar berani berinvestasikan untuk memperoleh pemasukan pasif. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar mencapai pada kebebasan finansial. Berangkat dari hal tersebut, muncullah jargon Biarkan uang yang bekerja untuk Anda’. Rich Dad Poor Dad Rich Dad Poor Dad dimulai dari cerita pengalaman pribadi sang penulis, Robert dalam kerja kerasnya menjadi seorang yang kaya. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa ia merupakan seorang penguasa, investor, penulis, dan perencana keuangan. Dalam usahanya tersebut, kedua ayahnya berperang dengan sangat kuat dalam memengaruhi pola pikirnya dalam memandang sebuah uang. Robert memiliki dua orang ayah yang memiliki pola pikir dan latar belakang yang berbeda pula. Dalam buku ini, ayah pertama disebut sebagai Poor Dad–yang tidak lain merupakan ayah kandungnya. Poor Dad menyandang gelar dan bekerja di sebuah kantor pemerintahan. Akan tetapi, sayangnya mengalami kendala keuangan. Lain halnya dengan ayah kedua yang disapa Rich Dad, ia adalah ayah dari Mike–temannya Robert. Rich Dad tidak pernah menuntaskan pendidikan SMP, tetapi mempunyai usaha atau bisnis di bidang retail. Menariknya adalah kedua tokoh ayah ini mampu memvisualisasikan realitas yang terjadi di masyarakat. Rich Dad mewakilkan pola pikir orang kaya, sedangkan Poor Dad mengambil peran dari perspektif orang miskin dalam memandang uang. Rich Dad Poor Dad terbagi menjadi tiga bab, yakni pendahuluan, isi, dan penutup. Di bab pendahuluan, Robert membagi dua perspektif yang bertentangan akan masalah keuangan atau finansial. Ia memiliki dugaan ayah Mike yang bekerja sebagai seorang pengusaha menjadi Rich Dad, sementara ayahnya yang cerdas dianggap sebagai Poor Dad. Pembelajaran dari Rich Dad1. Orang Kaya bukan Bekerja untuk Memperoleh Uang2. Memberikan Pengajaran terkait Memahami Keuangan3. Belajar mengenai Literasi Finansial4. Cerdas dalam Menilik Peluang5. Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi6. Orang Kaya Menghasilkan Uang7. Bekerja untuk Belajar8. Belajar mengenai MarketingMakna Mendalam pada Buku Rich Dad Poor DadBuku Best Seller NovelArtikel Terkait Rekomendasi Novel Pembelajaran dari Rich Dad Pada bagian isi, terdapat beberapa pelajaran penting yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar untuk lebih memperluas pemikiran kalian selaku pembaca. Apa saja? Berikut uraiannya. 1. Orang Kaya bukan Bekerja untuk Memperoleh Uang Poor Dad menjelaskan bahwa Robert harus belajar dengan giat serta meraih nilai tinggi di sekolah agar mampu memperoleh pekerjaan yang bagus dan bermutu. Seperti inilah cara kerja berpikirnya ayah Robert, layaknya orang-orang pada umumnya. Bekerja guna mendapatkan sebuah uang. Dalam hal tersebut, Rich Dad menyetujui bahwa pendidikan itu sangatlah penting. Akan tetapi, hal yang lebih penting ialah bukan pada menghasilkan nilai tinggi, melainkan pelajaran yang didapatkan. Terdapat satu pelajaran krusial yang didapat dari ayah Mike, yaitu orang kaya tidak bekerja untuk memperoleh uang. Robert dan Mike meminta untuk diajarkan mengenai cara menjadi kaya oleh ayah Mike. Alhasil, Ayah dari Mike menyetujuinya, tetapi syaratnya mereka harus bekerja pada salah satu usaha milik ayah Mike dengan upah yang kecil. Singkat cerita, sesudah mereka bekerja selama kurang lebih 21 hari, Robert merasa kesal dan protes agar gaji atau upahnya dinaikkan. Namun, bukannya memperoleh kenaikan upah, ayah Mike justru memberikan tawaran pada Robert untuk tetap bekerja tanpa diupah sama sekali. Di situlah keduanya diuji dan belajar bekerja bukan untuk mendapatkan uang. Rich Dad tidak banyak mengoceh terkait literasi finansial dan cara memandang uang dalam kehidupan. Akan tetapi, membuat keduanya merasakan secara langsung rasa kehidupan’. Pada suatu waktu, Rich Dad melatih mereka terkait emosi dasar manusia ketika berhadapan dengan uan, yakni sebuah ketakutan dan bentuk serakah. Ketakutan akan melahirkan manusia bekerja sebab khawatir atau takut tidak mempunyai uang. Lalu, sesudah memperoleh uang, timbulnya perasaan serakah. Dari situ, manusia mulai membeli berbagai barang baru hingga akhirnya akan terperangkap dalam utang. Dalam hal ini disebut sebagai Rat Race. Mereka yang hendak menjadi orang kaya perlu menggunakan dan mengasah pola pikirnya untuk dapat mengendalikan kedua emosi tersebut. 2. Memberikan Pengajaran terkait Memahami Keuangan Di buku ini diberikan penjelasan terkait perbedaan antara liabilitas dan aset. Adapun contoh dari liabilitas, seperti pinjaman konsumsi, hipotek, tagihan debit card, dan lainnya. Sementara contoh dari aset, yaitu real estate yang disewakan, obligasi, berbagai buku, saham, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, pada buku ini dijelaskan pula, Robert mengajarkan terkait manajemen keuangan arus kas yang baik, seperti mengalokasikan penghasilan ke dalam aset. Second Chance Buku ini menjelaskan bagaimana Robert bisa memprediksi masa depan dengan tepat. Akan tetapi, hal yang lebih penting adalah bagaimana Anda bisa menjadi pemenang, bukan pecundang–dengan mengendalikan masa depan finansial Anda. 3. Belajar mengenai Literasi Finansial Robert menuangkan cerita mengenai beberapa orang kaya pada masanya yang bekerja memilukan, di antaranya terdapat direktur, CEO, spekulan pasar saham, dan sebagainya. Mereka merupakan beberapa orang yang mempunyai penghasilan yang terbilang luar biasa, tetapi sayangnya berakhir dengan sebuah utang, kecanduan dengan obat-obatan terlarang, bahkan ada pula yang bunuh diri. Sebenarnya, kita tentu kerap kali melihat beberapa artis atau public figure yang kaya, kemudian justru berakhir dengan tragis sebab boros pada keuangannya. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Hal itu karena mereka tidak mempunyai literasi finansial yang cukup baik. Literasi finansial merupakan sebuah pilar atau fondasi. Orang yang mempunyai banyak uang tanpa memahami literasi finansial secara mendalam dan kuat, akan bernasib layaknya sebuah gedung bertingkat tanpa adanya fondasi mendalam–akan hancur. Apabila kalian menginginkan menjadi seorang yang kaya, hal tepat yang dapat dilakukan, yaitu membuat sebuah fondasi mendalam. Rich Dad memaparkan mengenai prinsip sederhana untuk menjadi seseorang yang kaya, yakni mampu membedakan antara aset dan beban. Simpelnya, aset merupakan sesuatu yang memanifestasikan uang, sementara beban merupakan hal yang membutuhkan pengeluaran. Orang kaya akan membeli aset, sementara orang miskin hanya mempunyai beban pengeluaran, dan orang kelas menengah akan membeli beban yang disangkanya adalah sebuah aset. Menurut Rich Dad, rumah dikatakan sebagai beban, sementara bagi Poor Dad, rumah merupakan aset yang berharga. Walaupun harga rumah akan terus naik, tetapi rumah memerlukan tidak sedikit dana pengeluaran, seperti untuk pajak, perawatannya, dan lainnya. Oleh sebab itu, bagi Rich Dad, rumah dikatakan sebagai beban. Adapun aset merupakan sesuatu yang membuahkan uang tanpa membutuhkan pengeluaran secara berkala. Contohnya, bisnis yang berjalan sendiri, obligasi, saham, dan sebagainya. Setelah mampu membedakan antara aset dan beban, ada empat hal yang perlu dipahami supaya kecerdasan finansial berkembang, di antaranya ada akuntansi, pasar, investasi, dan hukum. 4. Cerdas dalam Menilik Peluang Beberapa orang tentu mengikut pemecahan persoalan kuno, yaitu kerja keras, meminjamkan uang, dan menabung. Di zaman yang pesat ini, penyelesaian seperti itu tampak tidak relevan lagi. Dalam hal ini, diperlukan peningkatan akan pengetahuan finansial sehingga dapat menilik beberapa peluang dan membuat keberuntungan diri sendiri. Pada buku Rich Dad Poor Dad, Robert membagikan kisah pengalamannya dalam menghasilkan uang melalui bisnis properti. Ia membeli rumah dengan harga murah, kemudian kembali menjualnya dengan harga yang cenderung lebih tinggi hanya dalam beberapa bulan. Ia mengerjakannya dikarenakan melihat peluang ketika krisis ekonomi. Tidak hanya bisnis properti, adapun contoh investasi pada sebuah perusahaan kecil yang diatur dengan baik sehingga menjadi perusahaan yang dikenal dan harga sahamnya pun naik drastis. Bagi sebagian orang yang mempunyai level kecerdasan finansial tinggi, akibatnya ialah bentuk dari ketidaktahuan akan suatu hal itu bekerja dan memanifestasikan uang. Dalam buku ini, apabila kita mampu memahami cara kerja pasar dalam menciptakan uang, risikonya pun akan semakin kecil. Robert pun memaparkan cara alami manusia dalam belajar, yakni dari sebuah kegagalan dan bangkit dari kegagalan itu. Apabila kita terus-menerus mengalami hal demikian, justru akan semakin terasah. Tidak sedikit orang yang merasa khawatir ketika mengalami sebuah kegagalan hingga akhirnya tidak memiliki keberanian dalam mencobanya. “Kegagalan menginspirasi kemenangan dan kegagalan mengalahkan pecundang.” 5. Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi Pengetahuan merupakan kekuatan. Orang bisnis memiliki pengetahuan mengenai hukum perpajakan dan korporasi. Mereka melaksanakan pajak secara legal. Dengan demikian, mereka yang melancarkan bisnis condong membayar pajak lebih sedikit apabila dibandingkan dengan seseorang yang bekerja di suatu tempat. 6. Orang Kaya Menghasilkan Uang Orang kaya meluangkan waktunya untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan finansial mereka, sementara orang miskin dan menengah condong bekerja keras yang kelak mereka hendak membayar pajak lebih besar atau tinggi. Orang kaya mampu menghasilkan uang dengan cara menciptakan sebuah bisnis atau membeli aset yang nantinya hendak memberikan penghasilan stagnan. Hal tersebut yang tidak dilakukan oleh orang miskin dan menengah. 7. Bekerja untuk Belajar Orang kaya bekerja untuk belajar mengenai sistem perusahaan tersebut. Fokus utama untuk bekerja ialah ilmu yang didapatkan, kemudian direalisasikan untuk bisnisnya mendatang. Dengan pemikiran yang sedemikian ini, orang kaya akan berkembang menjadi seseorang yang lebih kaya lagi. 8. Belajar mengenai Marketing Di sebuah kesempatan, ada seorang penulis hebat yang mewawancarai Robert. Kemudian, penulis itu bertanya, bagaimana caranya agar Robert dapat menjual buku Rich Dad Poor Dad dengan sangat laris? Dari situ, Robert memberikan saran pada sang penulis itu untuk belajar mengenai pemasaran atau marketing. Akan tetapi, penulis tersebut justru merasa tersinggung dengan perkataan Robert. Penulis itu merasa bahwa tidak ada gunanya mempelajari pemasaran seperti itu yang mana kegiatan tersebut terkesan jauh dari kegiatan intelektual. Akan tetapi, buku yang terkenal diberikan label “Best-Selling Author” bukan “Best-Writing Author”. Dengan kata lain, tidak adanya membuat sebuah karya yang bisa dikatakan sempurna dan luar biasa apabila tidak ada seorangpun yang membaca karya tersebut. Robert dalam bukunya ini mengatakan bahwa tidak sedikit orang berbakat, tetapi diberikan upah dengan rendah sebab tidak mampu memasarkan bakat mereka. Tidak ada yang tahu mengenai bakat atau talenta mereka sehingga semua orang hanya berpaku di situ. Why the Rich are Getting Richer Sekitar 20 tahun lalu, Robert Kiyosaki menulis Rich Dad Poor Dad, buku pengelolaan keuangan pribadi nomor 1 sepanjang sejarah. Buku ini menantang dan mengubah cara pikir puluhan juta orang di seluruh dunia tentang uang. Dengan perspektifnya tentang uang dan investasi yang kerap bertentangan dengan pendapat umum, Robert mendapatkan reputasi internasional karena berbicara secara blak-blakan dan berani, serta menjadi penasihat tentang pendidikan keuangan yang sangat berdedikasi dan lantang menyampaikan pendapat. Makna Mendalam pada Buku Rich Dad Poor Dad Dalam buku ini, Robert Kiyosaki mengajarkan kepada pembacanya untuk melatih anak cucunya kelak, bahkan untuk dirinya sendiri agar cerdas dalam mengelola persoalan finansial. Kemudian, Robert juga menggarisbawahi bahwa orang kaya tidak bekerja hanya untuk uang, melainkan uang yang akan bekerja untuknya. Kerap kali kita sebagai manusia dengan segala kekurangan dan kebutuhan yang tidak ada batasnya ini, memilih untuk membatasi kecakapan otak dalam berpikir. Hal yang dilakukan oleh manusia itu justru memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang yang banyak, bukan memikirkan bagaimana agar memiliki banyak uang yang mampu bekerja untuk diri ini masing-masing. Dengan kondisi secara umum yang semakin tak menentu, memang sudah sewajarnya untuk peka akan finansial. Sebenarnya, bukan hanya peka, melainkan mampu memahami pokok-pokok dan membedakan antara aset dengan liabilitas. Dalam hal tersebut, Robert memaknai aset sebagai hal yang memasukkan uang ke dalam kantong. Intinya, aset bukanlah sekadar harta atau berbagai barang berharga. Akan tetapi, bagaimana hal tersebut mampu memberikan tambahan pemasukan untuk dirinya. Lalu, liabilitas kebalikan dari aset, yaitu sebagai hal yang mengeluarkan uang dari kantong atau saku. Barangkali penjelasan tersebut lebih terkesan sederhana sehingga mudah dipahami dengan baik. Bila dibandingkan dengan pengertian atau hakikat aset liabilitas yang pernah kalian baca melalui berbagai buku akuntansi. Selain itu, Robert Kiyosaki melalui bukunya ini pun mengajak pembacanya untuk mencoba berbisnis atau usaha sendiri. Setelah itu, usaha ataupun bisnis yang dibuatnya itu perlu dijalankan dengan ikhlas dan sepenuh hati, jangan hanya dijadikan sebagai usaha sampingan. Ia menyarankan pula para pembacanya untuk mencoba memulai sebuah investasi. Menariknya, Robert memberikan sebuah motivasi pada para pembacanya dengan sangat bebas, ia tidak memaksakan harus sesuai pilihannya. Kemudian, secara tidak langsung, Robert mendorong pembacanya agar berpikir dan berinvestasi yang sekiranya tepat dan pas untuk dikerjakan. Saran yang diberikan oleh Robert, yaitu pilihlah investasi sesuai dengan ranah yang kita sukai. Misalnya, apabila seseorang gemar menulis, orang tersebut dapat menginvestasikan kegemarannya itu ke bidang perbukuan atau kepenulisan. Dalam hal itu, tidak melulu investasi keuangan, tetapi ilmu dan pengetahuan pula. Itulah Resensi Buku Rich Dad Poor Dad. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari buku sebagai referensi bacaan, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu. Penulis Tasya Talitha Nur Aurellia Sumber dari berbagai sumber Rich Dad’s Cashflow Quadrant Best seller ini akan memperlihatkan mengapa beberapa orang bekerja lebih sedikit, tetapi menghasilkan lebih banyak dan lebih aman secara finansial daripada orang lain. Ini hanya masalah mengetahui dari kuadran mana Anda harus bekerja dan kapan. Apakah Anda masuk kuadran employee pegawai, self-employed pekerja lepas, business owner pemilik usaha, atau sebagai investor. Buku ini akan memberikan peta jalan menuju keberhasilan dan kebebasan finansial. lfwZc.
  • v15e07c1as.pages.dev/216
  • v15e07c1as.pages.dev/256
  • v15e07c1as.pages.dev/58
  • v15e07c1as.pages.dev/7
  • v15e07c1as.pages.dev/317
  • v15e07c1as.pages.dev/191
  • v15e07c1as.pages.dev/109
  • v15e07c1as.pages.dev/195
  • v15e07c1as.pages.dev/50
  • review buku rich dad poor dad